KKN di Desa Sri Gading (Part 2)

Hmmm… kemaren kan saya udah janji bakalan nerusin cerita tentang KKN itu. Saya lanjutin ceritanya ya !

Ada satu pengalaman yang nggak bakalan dilupakan untuk kita sekelompok dan warga desa Sri Gading tentunya. Pas kita ikutan lomba jalan santai se-Kecamatan itu, kita mendapatkan kejutan yang nggak terduga sama sekali. Wah menyenangkan banget deh ! Nomor undian kelompok KKN kami keluar mendapatkan hadiah pertama, 1 unit kulkas !!! Gimana kita nggak pada heboh !!!

Lucunya kita semua udah pasrah bakalan nggak dapat apa-apa. Soalnya kita udah nungguin pengumuman pemenang dari pagi sampe jam 1-an siang. Dari puluhan nomor yang kita pegang gak ada yang keluar. Mana kaki udah pegel jalan naik turun bukit segitu jauhnya. Pas kita udah pasrah banget-banget, dengan lunglai kita sekelompok cari makan, pergi jauh-jauh dari area pengumuman. Asli pasrah.

Eeeh gak disangka, rezeki emang gak kemana ternyata nomor undian terakhir keluar. Nomornya punya temen aku Elfi. Wuuuaaah kontan kita sekelompok langsung lari tunggang langgang biar gak telat ke podium, sayang dong kalo sampe gugur. Karuan deh kita lompat-lompat kesenangan, Horeeeee… Duuuh senangnya. Warga desa juga senang banget kita dapat hadiah. Pak sekertaris desa langsung minjemin kita mobil pick up buat bawa pulang kulkas. Terima kasih banyak bapak. 😀

capek nungguin nomor undian

Elfi the Lucky Girl

Ini dia Kulkasnya…

Alhamdulillah banget-banget ya Allah. Kami terbantu banget deh dengan keberadaan kulkas ini selama bulan Ramadhan. Kami gak perlu tiap hari ke pasar Rawang Kao yang bagi kami cukup jauh (perjalanan 30 menit pake motor) untuk beli bahan makanan. Kami bisa beli sekaligus banyak trus disimpan di kulkas hehehehehe. Kami juga bisa menikmati segarnya air dingin di saat berbuka. Tapi karena arus listrik yang kecil, dan waktu hidup listrik yang terbatas kami gak bisa bikin es batu deeh. But, no problem air dingin udah cukup menyegarkan.

Ohya sebelum bulan puasa tiba kami diberi izin sama Pak Kades untuk refreshing sejenak. Mengingat dana yang terbatas, dan waktu yang singkat, kami memutuskan jalan-jalan ke Kota Siak Sri Indrapura. Yuhuuuu… 😀

Pukul 9 pagi kita berangkat dengan mobil carteran yang disupirin sama temen kami Fadzlan. Wah parah dia bawa mobilnya, ngebut banget ! Kami kayak berondolan sawit yang diguncang-guncang di dalam mobil, beruntung nggak ada yang mabok. Kita sampai di Kota Siak jam 11 siang dan langsung  makan di salah satu rumah makan yang hidangannya bercita rasa asin, jadi kurang selera deh tapi karena lapar habis juga, hehehehe.

Habis makan kita langsung pergi ke Istana Siak, pake acara kesasar, dan berjumpa dengan biawak mistis. Beneran lho mistis ! Saya gak bakalan percaya kalo nggak liat dengan mata kepala sendiri. Biawak sebesar buaya lewat didepan mobil kita dengan lemah gemulai. Kontan kita heboh, secara nggak pernah ngeliat biawak sebesar itu. Kita langsung ambil handphone buat foto itu biawak. Eh, anehnya biawaknya nggak tertangkap kamera, jadi di kamera itu hanya ada jalanan aspal kosong !. Padahal di depan mata kami sangat teramat jelas ada biawak sebesar buaya !!! Wow, kita yang perempuan langsung jejeritan. Aduuuuh, bener-bener goosebump dibuatnya.

Setelah kita melarikan diri dari biawak mistis, kita pun sampai di Istana Siak. Istana nya sih kecil, tapi bangunan dan barang-barang peninggalan kerajaan terawat baik. Istana Siak ini sekilas bentuknya seperti benteng peninggalan Belanda. Ada yang unik di Istana ini, ada tangga pusing yang kalo kita menghitung anak tangganya tidak akan pernah sama hasilnya. Secara keseluruhan Istana Siak ini indah, banyak unsur edukatif dan sejarah yang ditawarkan. Cocok lah untuk liburan keluarga, tempatnya juga sangat bersih dan nyaman.

Dasar kita orang dewasa yang suka bertingakah kayak abege labil, kumat deh narsis kita foto-foto. Hehehehehe…

Istana Siak

Narsisan

Tangga Pusing

Happy Together

Selama bulan puasa di desa Sri Gading nggak ada yang jualan takjil untuk berbuka. Warga lebih sering buat sendiri atau belanja ke pasar Rawang Kao yang jauh itu. Jadi atas usulan Bu Kades, kami jualan takjil seadanya. Jualan takjil bener-bener menguras tenaga. Seharian kita sekelompok full di dapur. Kita-kita yang perempuan sibuk motong-motong, cuci-cuci, goreng-goreng. Sedangakan anak cowok sibuk nimba air, angkut-angkut dagangan ke Balai Desa, sampai disuruh-suruh belanja kalo ada bahan yang kurang. Semua tolong-menolong deh.Ini sebagian foto-foto menu takjil yang kita jual.

Bubur beras

Pisang coklat

Lumpia ayam

Es timun selasih

Hmmm, yang saya ceritakan sekarang belumlah menggambarkan keseluruhan betapa serunya KKN. Tapi cukuplah memberi gambaran gimana sih rasanya KKN itu. Saya yang awalnya sangat-sangat tidak tertarik dengan KKN, malah merasa berat hati ketika masa KKN usai. Gimana nggak berat, 2 bulan berkumpul dengan teman-teman yang udah kayak saudara, susah senang sama-sana. Tsaaaah… Harus berpisah dengan warga desa yang baik-baik, murid-murid bimbel desa yang lucu plus bandel-bandel. Harus pisah dengan khas suasana desa yang kita udah nyaman.

Yah pokoknya KKN memberi banyak pelajaran berharga, kita belajar gimana bersosialisasi dan diterima baik di suatu masyarakat. Belajar rasa persaudaraan, memahami, dan toleransi. Aaaah, pokoknya kenangan-kenangan kita selama KKN indah banget ya guys.

“Ketika waktu hanya menyisakan kenangan, hanya waktu itu sendiri yang mampu membuatnya tampak indah.”

― Fadhilah Fitri

Tagged: , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

One thought on “KKN di Desa Sri Gading (Part 2)

  1. […] kabupaten Siak, aku langsung ngajak suami ke istana Siak (walaupun udah pernah ke Istana sebelumnya pas zaman KKN dulu, tapi tetep pengen pergi lagi !). Kami sempat muter-muter lumayan lama karena jalan menuju istana […]

Leave a reply to Siak Sri Indrapura, jalan-jalan sore | Eka's Voyage Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.