9 Tahun Disini

Assalamu’alaikum…

 

Malam ini aku menemukan folder film lama yang pernah aku tonton. Judulnya 71 into the fire. Diangkat dari kisah nyata tentang 71 tentara pelajar Korea Selatan yang menahan serangan tentara Korea Utara selama 11 jam !. Diakhir film semua tentara pelajar meninggal. Spoiler *getok.

Seingatku dulu, waktu aku nonton film ini sedih banget. Sampe nangis-nangis. Sekarang, kok biasa aja. Apa karena aku sudah mengalami banyak kepahitan asam garam kehidupan, jadi hati ini ga gampang melankolis lagi ?.

Tapi aku menikmati filmnya kok, bernostalgia. Karena dulu aku nonton film ini bareng partner in crime, partner kelaparan satu kos-ku yg suka banget sama TOP. Halo An, apa kamu masih suka TOP ?. Kalo aku sukanya BENG-BENG *receh.

Seingatku blog ini pernah rame banget karena aku nulis tentang Yoochun. Btw, sudah kuhapus postingan itu karena alay dan aku geli, kok bisa aku mengidolakan orang yang salah. Haha. Ya abis dulu keliatannya dia itu perfect dengan semua effortnya untuk masuk ke dunia entertainment. Eh, udah sukses kebanyakan tingkah. Makin kesini personality pun biasa aja, ga ada istimewanya. Sama-sama manusia pun. Fix lah hapus. Daripada tulisan itu dishare kemana-mana. Takut jadi amalan jariyah yang buruk aku tu.

Dulu pernah nulis tentang drama Korea. Sekarang apa itu drama Korea ?. Aku udah lupa. Lebih tepatnya terbebaskan dari kecanduan untuk nonton drama. Faktor umur juga nih penyebabnya, otomatis otak memilih prioritas yang penting.

Nonton drama sudah bukan prioritas. Ga sakau walau nontonnya nggantung. Ga penasaran. Kalo emang ga bisa ngikutin episode berikutnya ya udah. Ya namanya sekarang, aku ibu-ibu yg punya tanggung jawab urus anak dan rumah. Kalo kecanduan drama, aku ga yakin bisa ngerjain tanggung jawab ku dengan maksimal.

Terus hiburanku apa ?. Hiburanku sekarang nonton youtube. Nonton vlogger ASMR ibu-ibu Korea (teteeeep) bersih-bersih rumah. Aku kagum, sese-ibu punya anak kecil tapi rumahnya bersih sekali. Mengkilap. Sebutir debu pun ga keliatan. Keliatan kalo pake mikroskop. Mungkin. Terus aku liat dia enjoy sekali dengan perannya sebagai Ibu Rumah Tangga. Aku juga kok 🙂

Tonton deh Vlog-nya ibu ini, relaxing.

Intinya, aku mau kasih tau kalo aku diingatkan wordpress kalo blog ini sudah jalan 9 tahun. Lama juga ya. Kalo ini anak, udah kelas 3 SD.

Selama 9 tahun perjalanan nulis-nulis di blog ini aku mencatat pemikiran dari jaman dulu, sampe sekarang. People change, me too. InsyaAllah in a good way. Pengennya sih nulis terus disini. Tetap harus nulis, karena aku pengen baca-baca diriku yang dulu di 20 tahun dari sekarang atau bahkan lebih.

Thanks wordpress sudah menemani perjalanan ini !

Losing

Ramadhan kali ini, tidak ada lagi Ibu dirumah. Ibu, panggilanku untuk Ibu mertuaku. She left us on 28th February 2019.

Ibu sudah lama sakit. Tapi kadang sembuh, sakit lagi, sembuh lagi. Kami sudah mencoba berbagai macam pengobatan. Dan beliau sudah keluar-masuk RS. Ibu nggak pernah putus asa untuk sembuh.

Sebulan sebelum Ibu pergi, keadaan beliau memburuk. Ibu udah ga kuat menopang badan. Harus dipapah ke toilet. Tidur dg posisi setengah duduk di kursi roda karena pinggangnya sakit sekali saat berbaring.

We knew she really in pain. She barely to eat, to sleep, to move. Every single her joints were sick. In our thought, she will be healed and strong like before. We did the best to make her feel comfort. To be honest we not prepared for this. We just not ready. Especially for my husband family.

Hari sebelum Ibu pergi, aku sempat jenguk Ibu di RS. Sekitar maghrib, kondisi beliau masih sama. Belum menunjukkan tanda perubahan. Aku sedih sekali. Perasaan nggak enak muncul di dada. Tapi aku tepis. Karena aku punya bayi jadi nggak bisa lama-lama di RS. Aku pulang kerumah.

Sekitar pukul 9 malam, perasaan makin nggak enak. Ada degup-degup cemas yg susah diungkapkan. Bahkan aku mendengar suara suami minta dibukakan pintu. Jelas-jelas beliau tidak dirumah. Sedang menemani ibu di RS.

Aku telpon suami, buat pantau perkembangan Ibu. Alhamdulillah Ibu udah bisa tidur, dan sempat minta bakso walau belum dimakan. Karena Ibu udah tidur, suami bilang mau pulang istirahat. Suamiku udah berhari-hari di RS, kurang tidur. Aku tau beliau lelah sekali.

Jam 11 malam perasaanku masih nggak karuan. Aku takut ini sebuah firasat. Aku telpon adik ipar. Alhamdulillah Ibu enak tidurnya, pulas. Papa mertua juga lagi tidur, kecapean. Aku diminta nggak usah khawatir, kalo ada apa-apa bakal dikabari.

Jam 12 lewat, HP suamiku berdering.

Continue reading

Suami Istri Beda Selera Kuliner ?

Kamu baru kenal pasangan mu yg sebenarnya setelah menikah. Ga heran banyak yg kaget, dan ngerasa banyak perbedaannya. Ga sehaluan. Perbedaan yg kecil jadi keliatan mencolok, dibesarkan, jadi biang keributan.

Aku udah aware sih masalah ini. Asalkan perbedaannya bukan masalah prinsip dan ibadah aku InsyaAllah bisa mentolerir.

Setelah aku menikah, jujur aku kagok dg lifestyle suami dan keluarganya untuk urusan MAKAN.

Aku biasa dg pola makan prihatin, irit, karena keadaan keluargaku sederhana. Bukan karena kekurangan tp emang udh terbiasa begitu dr dulu. Aku pernah ngekos, terkondisikan harus ngirit utk urusan makan. Setelah nikah, aku dihadapkan dg selera makan suami yg lebih royal dari aku. Ini dari sudut pandang aku ya, bagiku sih mewah. Tp mungkin bisa biasa-biasa aja utk mereka yg menengah keatas.

Selama ini, sebisa mungkin aku masak sendiri. Tapi dulu waktu kerja, kami makan siang diluar. Sejauh ini suami ga pernah mencela makanan yg kubuat. Ga pernah bilang ga suka. Tapi klo belio ga suka ya ga dimakan. Alhasil kan aku yg makan sendiri, dan kebanyakan. Berujung mubazir *sedih.

Aku, dari kecil udh terbiasa makan apa yg ada, apa yg disediakan. Kalo ga mau makan karena ga cocok selera, ya silahkan ditahan laparnya. Dirumah ga disediakan alternatif makanan lainnya. Even cemilan pun nggak ada, prinsip emak kalo lapar ya makan nasi, bukan ngemil. Ngemil ga bikin kenyang. Anda lapar ? makan nasi dong !. Oh well…

Keluargaku keturunan Jawa Sumatera. Menu dirumahku lebih banyak menu sayuran dan protein nabati (tahu, tempe). Sesekali lauk ikan teri, ikan asin yg jd favorit orangtuaku. Setelah finansial keluarga membaik lauk protein hewani seperti ayam, daging, seafood, telur muncul dua-tiga kali seminggu. Sebagai anak ya nurut aja lah ya, dan terbiasa. Aku jg ga pernah nuntut minta lauk ini-itu, karena dasarnya susah makan. Malas makan tepatnya. Ga heran dulu kurus bgt.

Suamiku, dari keluarga Melayu-Minang. Urusan makanan mereka cenderung royal. Setiap hari lauk protein hewani pasti ada. Karena gaya hidup orang Minang-Melayu khasnya selalu ada gulai, asam-pedas, dan sambalado dirumahnya.

Ibu mertuaku biasanya menyiapkan lauk lebih dari satu jenis untuk variasi. Jadi satu hari itu ada, gulai ayam dan asam pedas ikan. Besoknya ada gulai telur dan sambalado ikan patin. Besoknya lagi sambalado ayam dan rendang / cincang daging. Besok-besok nya lagi sambalado ikan asin campur terong, dan ikan goreng. Repeat. Dan menurut aku semua lauk-pauk itu mewah.

Tapi di rumah ibu mertuaku menu sayuran jarang tersedia, paling tumis kangkung, bening bayam, dan lalapan timun.

Keluarga suamiku jg suka bgt jajan. Kadang-kadang sate, mie goreng, nasi goreng, bakso, dll. Yang hal itu sangat jarang dilakukan keluargaku. Aku boleh jajan, tp ya ga sering-sering paling 2-3 kali dlm sebulan. Nggak hampir tiap hari kayak suamiku.

Nikah beberapa bulan, aku tandai klo suami ga suka tempe, tahu, ikan laut. Akutu sampe ga habis pikir kok bisa ada orang ga suka tempe dan tahu. Seenak itu. Sok banget lah. Huh. Continue reading

After a long hiatus

Assalamu’alaikum, Ola…

Selamat Ramadhan.

Sekarang di hapeku pukul 2.12 am. Abis nidurkan anakku yang bolak balik kebangun dan nangis-nangis. Mataku masih ON bgt efek minum teh tarik sepertinya. Harusnya aku segera tidur. karena besok bakal jadi hari yang panjang. Tapi jari ini kangen nulis-nulis. Whatever it is… Tepatnya disini. I miss nge-blog. Yang udh lama banget kutinggalkan, tak kusentuh. Walau ya sesekali ada jugalah mampir, baca postingan manteman narablog yg ku follow.

Yaudahlah, mumpung hening mari kita nulis. Kalo besok pusing karena kurang tidur, ya bikin kopi dong. Aku tim ibu menyusui ga puasa. Ga kuat, udah coba puasa tapi jam 10 udah haus, tremor, pusing keringat dingin gembrojos. Ya udah motel deh.

Tadinya aku mau ngeblog lewat PC, tapi pas hidupin PCku yg udh uzur di kegelapan kamar. Iya nulisnya sambil gelap-gelapan. Kalo idupin lampu takutnya anakku bangun lagi. Ealah dalah, PC-nya super lelet, efek berbulan-bulan ga pernah dinyalain kali ya. Ada kali 10 menitan ditungguin loadingnya. Pas klik firefox malah blue screen. Ih kzl.

Yaudah deh nulis pake wp android ajaaaa.

Where I have to start ya ?

Let me tell about my baby, Hamzah already 7 month. He grows so well, MasyaAllah. I love him to the bits. Ya iyalah. Hamzah lagi lucu-lucunya, lagi suka ngoceh-ngoceh dan nyengir, nunjukin deretan gusi pinknya yang selalu basah. Gemes banget tau. Aku paling suka endus-endus aroma mulutnya yang mbleweh ituuu. Wangiii. Padahal ga pernah sikat gigi.

Hamzah udah bisa merangkak, tapi malesan. Mesti dipancing pake mainan. Haha. Sukanya merambat, cari pegangan untuk berdiri. Kalo udh berdiri suka lepas tangan, gaya amat. Abis itu jatuh keduduk.

Lg suka tepuk tangan. Ngerengek manja kalo minta digendong.

Makin pinter udh ngerti kalo dimarahin. Hihi. Akunya aja yang galak (jujur). Anak bayi udah bisa romantis ya. Dia lg suka nyentuh wajahku, dijilatin, dendus-endus, dielus-elus, kadang ditabok juga sih. Gapapa aku rela.

Hamzah, dia bikin hidupku jadi banyak macam ragamnya. Banyakan pelajaran dan bahagianya sih.

Hamzah yang bikin aku literally begadang tiap harinya. Paling cepat dia tidur jam 12 lewat. Pernah baru bisa tidur jam 9 pagi. Sampe kami berdua akhirnya tepar, teler…

Kenapa yaaa ? Padahal aku udah menerapkan bedtime routine. Lampu diredupkan, AC dibuat nyaman, baju dan popok diganti, dielus, dikelonin, digendong… Tetep aja klo mau tidur malam, HARUS pake drama nangis sekuatnya kayak HALILINTAR. Kalo nangisnya bentar sih gapapa, ini bisa setengah jam. Satu jam kalo dia lagi bener-bener ga mau tidur. Suaranya itu loooh ber-API. Bikin hati dan telinga kontan panas. Tp ya gimana, namanya juga anak bayi, mana ngerti jaga perasaan orang lain kan. Maunya dia aja yg dimengerti.

Hamzah, kebetulan cucu pertama di keluargaku, dan dikeluarga suamiku. Jelas, dia jadi primadona. Semua sayang dia. Semua berlomba mencurahkan cinta untuknya.

Berhubung aku tinggal berjauhan dengan keluarga. Beberapa bulan sekali aku berkunjung dan nginap ke rumah orang tuaku. Momen nidurkan Hamzah dimalam hari bisa bikin perang antara aku dan ortuku.

Aku tau, emakku sayang banget sama Hamzah. Ga tega dengar Hamzah nangis pilu kayak disiksa kalo mau tidur. Emak pengen cucunya tenang, bobo enak. Dan, dimata emak aku selalu salah. Masa aku bisa nyantai, ngeliat anak nangis, ga buru-buru nolongin anak yang nangis parah gitu. Mulailah emak melempar omelan yang bikin aku naik spaneng.

“Duh ga kuat sama suaranya, kasian lo… Disusuin lah. Nyusuinnya jgn tiduran, duduk !”.

“Gendong pake kain jarik lah, digendong pake tangan ga nyaman dia !”.

“Masuk angin mungkin, kipas nya matikan. Kasih minyak telon !”. (Padahal anakku itu paling ga bisa kegerahan, mana mungkin dia bakal tenang klo kipasnya dimatikan).

“Aduh pik, cepet ditenangkan, anak laki klo nangis kelamaan nanti TELOR-nya besar loh, sakit !”.

“Pik, ya Alloh kok dibiarkan aja sih anaknya nangis. Kamu ini anak susah dapatnya kok ga disayang ?”.

Entah kenapa kalo urusan anak, aku jadi sensitif. Komentar emak, bikin aku ngerasa dipojokkan. Aku ga suka, marah. Tapi ga bisa ngelawan juga. Who can beat our mother’s command ?.

Pernah saking kesalnya, aku khilaf. Kuayun Hamzah kuat-kuat, terus ku tabok pantatnya. Then, we cried together. Dia nangis kaget, aku nangis frustasi.

Continue reading

Hamzah Abdurrahman’s Birth Story

Assalamualaikum !

Hamzah’s little foot

Alhamdulillah, setelah hampir 4 tahun menanti akhirnya anak pertama kami lahir kedunia ini. Segala puji dan syukur hanyalah untuk Alloh yang telah memberiku kesempatan untuk merasakan menjadi Ibu. Memang proses persalinan tidaklah mudah, semua Ibu punya ceritanya masing-masing. Ada yang prosesnya singkat dan lancar, ada yang sulit dan penuh air mata. Semua sudah ditakdirkan berjalan sesuai kehendak-Nya. Yang terpenting adalah ibu dan anak selamat lahir ke dunia. Postingan ini lebih mirip rangkuman diary, lebih mudah buatku menceritakannya berdasarkan kronologi. Singkatnya, selamat membaca !

Senin, 1 Oktober 2018

Seperti yg udah ku ceritakan di postingan sebelumnya, kontrol di minggu ke-38 hasilnya bagus. Posisi kepala janin sudah masuk panggul. Berat janin 2,9 kg, air ketuban cukup, dan kondisiku siap untuk melahirkan. Dokter meresepkan obat “pelunak jalan lahir”.

Saat menebus obat, aku ditanyain sama apoteker-nya, apa aku udah siap melahirkan besok. Karena obat itu semacam perangsang pembukaan. Jujur mental-ku masih belum siap. Karena banyak urusanku yg belum kelar. Aku maunya lahiran sesuai HPL aja tanggal 15 Oktober. Obat tetap ku tebus tanpa ada niat untuk diminum.

Selasa, 2 Oktober 2018

Habis sholat Ashar aku ngerasain mules, rasanya kayak kontraksi palsu tapi gak sakit. Karena kontraksi palsu yg sebelumnya sakit banget, mules yang kali ini gak ada apa-apanya.

Setelah maghrib, mulesnya makin kuat seperti kram saat menstruasi. Dalam hati udah mulai khawatir, ini kontraksi palsu apa mau melahirkan.

Abis Isya, sambil nunggu suami yg lagi diluar aku main ke kamar adek iparku. Ngobrol-ngobrol, dan kubilang perutku mules. Adik ipar nelpon temannya yang kebetulan bidan. Temannya curiga, jangan-jangan udah bukaan 1. Tapi aku dengan sotoy-nya yakin belum bukaan, karena gak sakit. Serius !. Malamnya, ku masih bisa tidur enak, nyenyak.

Rabu, 3 Oktober 2018 (THE DAY)

Pukul 04.00 pagi

Aku terbangun karena berasa ada yg keluar, pas ku-cek ternyata lendir darah. Barulah ku yakin, “Wah udah waktunya ini !”. Setelah subuh lapor ke Ibu Mertua, kasih tau udah ada tanda. Ibu mertua langsung minta aku ke RS saat itu juga. Aku masih santai, belum terasa sakit yang bikin panik, jadi buat apa cepat-cepat ke RS.

Pukul 08.30 pagi

Aku berangkat ke RS tanpa bawa persiapan apapun. Hanya baju di badan dan tas kecil, nyantai abis. Karena dari yg kubaca-baca di pengalaman orang lain, dari pembukaan 1 ke 10 itu lama, bisa seharian. Jadi rencananya aku mau cek terus pulang lagi, gitu. Masuk ke IGD, aku diminta baring dan di-cek pembukaan.

“Bu, udah bukaan 3 ya tapi kantung air ketubannya belum pecah nih”, kata perawat-nya.
“Ok mba, saya boleh pulang dulu ga ya ?…”, tanyaku.
“Nggak boleh bu, udah disini aja. Ini kemungkinan sore nanti ibu udah lahiran loh ”, jawab mba Perawat.

Continue reading

Cerita Trimester Ketiga

Assalamualaikum…

I write this to remember the sweetness of my first pregnancy experience.

Memasuki trimester ketiga, stage terakhir dalam kehamilan tantangannya udah beda lagi ya. Mulai sering bolak-balik ke toilet. Susah tidur di malam hari. Hawa berasa panas, jadi pengen mandi terus dan mulai sakit punggung juga. Yang paling horor adalah munculnya stretchmark secara brutal di perutku. Padahal dari awal hamil ku udh rajin balurin perut pake minyak zaitun dan VCO. Ga pernah digaruk juga (gak tau ya klo lg tidur, kan lg ga sadar). Sampe trimester kedua perut masih bagus. Kok mendadak di trimester ketiga muncul dengan parahnya. Perutku kayak disambar petir, penuh dg garis merah-biru. Tanda perjuangan kata ibu-ibu diluar sana.

Yasudah, segala ketidaknyamanan selama hamil itu wajib disyukuri. Seperti yang aku yakini, apapun yang menimpa seorang mukmin itu baik. Rasa tidak nyaman dan sakit sekecil apapun kalo dilewati dengan ikhlas akan berbuah pahala.

Di bulan ke 7, minggu ke 30 kami kontrol lagi ke dokter. Posisi plasenta agak ke bawah tapi tidak bermasalah. Air ketuban bagus, panggul-ku masih bisa untuk melahirkan normal asal berat janin tidak lewat dari berat 2.7-2.8 kg. Kondisi bayi pun Alhamdulillah bagus dan sehat. Dokter menyarankan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat, perbanyak makan sayur dan buah. Cuman, masalahnya di trimester ketiga ini nafsu makanku meningkat gila-gilaan. Kuingin makan segala yang manis-manis. Telat ngidamnya !

Meet my son !

Di bulan ke-8 ku alami yg namanya kontraksi palsu, seharian. Sampe panik dan buru-buru ke bidan. Ya ternyata memang ga ada pembukaan siy. Rasanya kontraksi itu wow banget ya, sampe nangis. Waktu lagi nahan sakitnya, ku nelpon emak  minta dukungan moral kalo-kalo mendadak melahirkan. Pas dengar ku nangis-nangis yang ada aku dimarahin. Katanya pantang nangis kalo melahirkan. Harus ikhlas, ditahan, jangan meraung, dan segala wejangan lainnya. Alhasil kupingku jadi panas dan kesal juga jadinya. Hahaha. Untungnya menjelang malam kontraksi-nya berakhir, aku bisa tidur nyenyak. Continue reading