Musa, anak istimewa dari Indonesia

Di bulan Ramadhan 1435 H kemarin, aku dan keluarga punya tontonan favorit yaitu Hafidz cilik Indonesia yang disiarkan di RCTI. Dari awal nonton, kami terkagum-kagum dengan keistimewaan anak-anak cerdas tersebut. Semua-nya mantap dan punya kelebihan sendiri-sendiri. Ada yang suaranya merdu dan iramanya enak didengar, ada yang tajwid-nya bagus, dan ada yang hafalan nyaris penuh 30 juz. Pokoknya kalo mendengar bacaan anak-anak yang masih murni itu, rasanya meresap  sampe ke hati bawaannya pengen nanges terharu. Gak berhenti mulut mengagungkan kebesaran Allah yang menunjukkan kuasa-Nya lewat anak-anak tersebut.  Anak-anak itu bener-bener membuatku termotivasi untuk menghafal Al-Qur’an, masak sih udah besar hafalan Qur’annya mentok di juz 30 doang. Malu !.

Musa-Luqman-Hindun

Musa dan adik-adiknya, sumber : La Ode Abu Hanafi facebook

Saat menonton acara Hafidz cilik Indonesia tersebut, kami sekeluarga menaruh hati (cieeee…) pada Musa dan Luqman, kakak beradik asal pulau Bangka yang sama-sama menjadi pengahafal Qur’an. Musa yang saat itu masih berusia 5,5 tahun sudah mengahafal Al Qur’an sebanyak 29 juz, sedangkan adiknya Luqman yang saat itu berusia 3,5 tahun sudah menghafal sebanyak 3 juz, Masya Allah. Musa keluar sebagai juara hafidz cilik Indonesia. Musa juga tercatat dalam rekor MURI sebagai hafidz termuda di Indonesia. Pada bulan Ramadhan 1435 H, Musa juga menjadi wakil Indonesia dalam ajang Hafidz cilik Internasional yang diadakan di Jeddah, Arab Saudi. Di ajang ini Musa mendapatkan nilai mumtaz  alias istimewa, yaitu 90.83. Musa tercatat sebagai peserta paling muda dan menempati peringkat 12 dari 25 peserta dari berbagai negara.

Musa hafidz cilik2

Musa di ajang Hafizd cilik Internasional di Jeddah

Musa hafidz cilik

Satu hal yang menjadi pertanyaanku adalah bagaimana caranya bisa mencetak anak sholeh seperti Musa dan Luqman ?. Pasti butuh usaha luar biasa, gak kenal lelah dan bosan. Di balik anak yang hebat tentu ada orangtua yang berhati luas dan sabar dalam mendidik putra-putrinya. Mereka adalah pasangan La Ode Abu Hanafi dan Yulianti, pasangan suami istri yang penuh kesabaran berhasil membentuk Musa dan Luqman sebagai anak-anak penghafal AlQur’an dan menanamkan nilai-nilai Islam yang lurus sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan shalafushshaleh. La Ode Abu Hanafi adalah seorang guru mengaji dan berkebun karet, sedangkan istrinya adalah ibu rumah tangga.

oke-musa

Keluarga La Ode Abu Hanafi sumber : http://nyata.co.id

Awalnya La Ode Abu Hanafi merasa penasaran saat membaca sejarah Imam Syafi’i yang telah menghafal Al-Qur’an pada usia 7 tahun. Apakah hal itu memang benar terjadi, ataukah sekedar dongeng belaka. Tapi Hanafi yakin bahwa ilmu itu adalah milik Allah, dengan mendekatkan diri pada Allah dan mohon pertolongan-Nya, maka Abu Musa ini bertekad untuk menjadikan anak-nya sebagai penghafal Al-Qur’an. Ummu Musa pun telah mendidik dan mengajari Musa ilmu agama sejak masih di dalam kandungan dengan selalu menghadiri majelis taklim, bahkan Musa pun lahir setelah Umminya pulang dari Majelis taklim.

Sehari-hari Hanafi memutar CD pengajian, lalu dilihatnya Musa mengikuti suara pengajian tersebut. Musa memiliki ketertarikan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Berdasarkan ilmu pendidikan yang dibaca Hanafi, anak berumur 1 tahun 8 bulan sedang belajar mengucapkan kata. Maka saat usia musa menginjak 2 tahun, Hanafi memperkenalkan Musa dengan ayat Al-Qur’an dengan metode talaqqi, yaitu membacakan ayat demi ayat dengan tartil, kemudian diikuti oleh orang yang diajari.

Sejak itu, Hanafi mulai mengatur jadwal hapalan, yaitu selepas salat Subuh dan Maghrib. Itu dilakukan secara rutin. Menghafal Al-Qur’an hanya sekitar lima sampai sepuluh menit saja. Untuk mengajarkan awal surat An Naas kepada Musa butuh waktu seminggu. Untuk dapat membaca “Qul” butuh waktu dua hari. Setelah itu disambung jadi “Qul’audzu”, dan seterusnya diulang-ulang hingga ratusan kali. Tapi mengajari anak berumur 2 tahun menghafal Al-Qur’an buka perkara mudah. Karena anak usia dua tahun tentu belum mengerti rangkaian ayat.

Saat Musa berusia 2 tahun itu, Hanafi juga mengenalkan Musa dengan huruf hijaiyah. Ia memperkenalkan huruf hijaiyah dengan cara sederhana. Huruf hijaiyah misal : Alif, ditulis di kertas HVS dan di tempel di tempat-tempat yang biasanya dilihat Musa. Jika Musa telah hafal huruf tersebut, diganti ke huruf lainnya, sampai hafal semua. Atas izin Allah, Musa terlahir sebagai anak yang cerdas, tak lama setelah hafal huruf hijaiyah Musa belajar membaca Iqra. Tak lama berselang, Musa belajar membaca Al-Qur’an.

Di usianya yang baru empat tahun, Musa bisa membaca Alquran, dan hafal dua juz. Selanjutnya, Musa lancar menghafal. Tapi untuk bisa lancar, Hanafi menambah waktu menghafal. Dari yang hanya 5 menit, Hanafi menerapkan waktu menghapal 6-8 jam sehari. Itu karena dia harus memenuhi target yang sudah ditetapkan.

Di usia kurang dari lima tahun, Musa menjalani rutinitas yang sama setiap hari.

  1. Musa bangun pukul 02.30 WIB, menghapal hingga Subuh. Selepas Subuh dia belajar lagi hingga pukul 07.30 WIB.
  2. istirahat, mandi, kemudian sarapan, dan bermain sebentar sampai pukul 08.30 WIB. Selanjutnya, dia mulai menghafal lagi pukul 09.00 WIB hingga 10.30 WIB.
  3. Musa wajib tidur hingga waktu Dzuhur. Musa akan dibangunkan sebelum Dzuhur untuk mandi, kemudian salat berjamaah.
  4. Selepas Duhur, Musa harus melanjutkan hafalan lagi hingga pukul 13.30 WIB. Setelah itu istirahat makan siang.
  5. Pukul 14.00 WIB dilanjutkan menghapal dengan uminya. Jika uminya tidak bisa mengajar, Hanafi akan kembali mengajar hingga waktu Ashar tiba.
  6. Usai salat Ashar, Musa kembali melanjutkan hafalan hinggal pukul 17.00 WIB.
  7. Kalau hafalannya macet-macet, kadang sampai setengah 6 sore.
  8. Setelah itu Musa mandi, bermain sampai Maghrib tiba.
  9. Selepas Maghrib dia kembali menghapal sampai waktu Isya. Setelah salat Isya, makan malam, lalu tidur.
  10. Terus seperti itu setiap hari. Nanti 4 atau 5 hari baru libur.

Saat libur Musa full bermain, tidak belajar sama sekali. Musa senang bermain mobil-mobilan, kereta-keretaan, dan main bola. Menjalani rutinitas yang sama setiap hari, Hanafi paham itu akan membuat putranya merasa jenuh dan lelah. Namun, dia berusaha terus menyemangai anaknya. Jika sudah jenuh, Hanafi mengajak putranya ngobrol. ”Saya tanya, ’Abang capek, ya?’ Dia jawab, ’Iya’. Kalau sudah begitu, saya bilang, “Kalau capek harus sabar, nanti dapat pahala. Syukurlah dia mengerti,” ujar Hanafi.

10354242_654631007984805_3809624556660184405_n

Musa dan adik-adiknya sedang bermain. Sumber : La Ode Abu Hanafi facebook

Dapat dilihat dari rutinitas Musa tadi, bahwa menghafal keseluruhan isi Al-Qur’an bukanlah hal yang mustahil, karena seusai dengan firman Allah Subhanahu wata’ala dalam Surat Ad-Dukhan ayat 58.

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

Perhatikan tips langsung dari bapaknya Musa untuk mencetak anak hafidz Qur’an.
1. Niat.
2. Mencari pasangan yang sholeh dan sholehah (punya kesamaan visi dan misi).
3. Bpk/Ibu terjaga dari maksiat.
4. Perbanyak DOA , karena Al-Qura’n itu milik Allah
5. Ketika Anda/istri mengandung, suami-istri perbanyak membaca Quran/hafal Quran.
6. Ketika anak sudah lahir jauhkan dari musik dan TV.
7. Umur 2 thn ajarkan huruf hijaiyah.
8. Umur 3 thn mulai hafal Quran.
9. Punya amalan andalan, misal tahajjud dan dhuha tiap hari.

Aku pribadi sangat percaya bahwa musik memang bisa membuat kita susah menghafal Al-Qur’an. Contohnya adalah adikku sendiri, dulu dia sempat mondok di tingkat MTS selama 3 tahun. Sewaktu di pondok pesantren hafalannya udah 5 juz. Begitu keluar dari pesantren dan tinggal di lingkungan tempat tinggal kami yang biasa mendengar musik, hafalannya menghilang sedikit demi sedikit. Ketika dia mencoba mengulangi hafalannya, luar biasa sulit. Hal ini sesuai dengan nasehat Ibnul Qayyim Al-Jauziyah…

“Sungguh nyanyian dapat memalingkan hati seseorang dari memahami, merenungkan dan mengamalkan isi Al Qur’an. Ingatlah, Al Qur’an dan nyanyian selamanya tidaklah mungkin bersatu dalam satu hati karena keduanya itu saling bertolak belakang. Al Quran melarang kita untuk mengikuti hawa nafsu, Al Qur’an memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan diri dan menjauhi berbagai bentuk syahwat yang menggoda jiwa. Al Qur’an memerintahkan untuk menjauhi sebab-sebab seseorang melenceng dari kebenaran dan melarang mengikuti langkah-langkah setan. Sedangkan nyanyian memerintahkan pada hal-hal yang kontra (berlawanan) dengan hal-hal tadi.” – Ighatsatul Lahfan, 1/248-249.

Aku pribadi juga belum bisa sepenuhnya menjauhkan diriku dari yang namanya musik. Tapi aku mengamini bahwa musik memang banyak mudharatnya bagi kita. Karena memang terbukti melalaikan fikiran dan lisan dari mengingat dan menyebut asma Allah. Ohya, yang mau nonton motivasi dan tips untuk mencetak anak Hafidz Qur’an dari La Ode Abu Hanafi, bisa lihat video di bawah ini :

Aku berharap acara Hafidz Cilik Indonesia di RCTI terus ada, agar semakin banyak orangtua dan anak-anak Indonesia yang bersemangat melestarikan  Al-Qur’an. Satu hal yang membuatku salut degan acara Hafidz Cilik Indonesia dengan tayangan mereka mampu membuka dan mengetuk hati pemirsa secara luas, bahwa -janggut, jubah, jilbab, abaya, niqab/cadar- bukanlah simbol teroris atau ekstrimis alias berlebihan. Itu semua simbol Islam, aku sebagai Muslimah merasa bangga dengan saudaraku yang bisa menunjukkan jati diri-nya sebagai muslim secara all out !. Buatku hanya orang-orang yang berpikiran sempit saja yang menuduh simbol Islam tersebut sebagai simbol-simbol teroris *rollingeyes.

Sisi positif dengan adanya Hafidz cilik Indonesia adalah para kru RCTI wanita yang mengurusi acara tersebut menggunakan kerudung semuanya kecuali 1 orang. Mereka bersemangat membeli buku-buku Islam. Bagi kru yang punya anak, mereka bawa anaknya ke studio agar anaknya juga terdorong untuk menghafal qur’an. Para kru menjadi faham, kalau orang yang berjenggot dan bercadar bukan teroris, melainkan orang yang lembut.

Alhamdulillah, anak dari seorang pemegang teguh ajaran Islam yang lurus sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan shalafushshaleh, mampu mengaharumkan nama Indonesia di dunia Internasional sebagai Hafidz cilik termuda. Semoga Allah selalu merahmati dan melindungi keluarga La Ode Abu Hanafi dan seluruh keluarganya. Mudah-mudahan Musa kelak dewasa nanti bisa menjadi ulama besar yang mengharumkan nama Indonesia dan menebarkan manfaat bagi umat Islam di Indonesia.

“…. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” – Surah Al Mujadilah ayat 11

 

 

 

*Kisah tentang Musa dan keluarganya dirangkum dari berbagai sumber.

Tagged: , , , , , , , , , , , , , ,

24 thoughts on “Musa, anak istimewa dari Indonesia

  1. ayanapunya September 24, 2014 at 1:57 pm Reply

    subhanallah yaa. memang perlu tekad yang kuat buat menghafal qur’an ini

    • Eka Novita September 25, 2014 at 12:25 am Reply

      Iya mbak, sayang tekad saya utk bisa menghafal Al-Qur’an angin-anginan 😦

  2. jampang September 24, 2014 at 2:49 pm Reply

    senengnya bisa punya anak kaya gitu

    • Eka Novita September 25, 2014 at 12:27 am Reply

      Iya bang, pastilah senang banget punya anak kayak gitu, sejuk hati dibuatnya 🙂

  3. bukanbocahbiasa September 24, 2014 at 3:25 pm Reply

    Ortu emang pegang peranan penting banget mbak. Aku dulu sempat menggiring anak utk ngafalin Qur’an, tapi mungkin, karena keluarga kami ga istiqomah, ya wis, jadinya semangat kembang kempis, daaann…. hafalannya lenyap plasssss duh *nangis*

    • Eka Novita September 25, 2014 at 12:31 am Reply

      Semangat mbak,chayooo. Kata Abu Musa sih setiap keluarga beda kondisi, jd ga bisa disama-ratakan metode hafalannnya. Yang penting orangtua ingat kewajibannya untuk menanamkan nilai-nilai agama sejak kecil. Memang, kalo bisa menjadikan anak hafidz/hafidzah pastilah tentulah kebahagiaan luar biasa untuk orangtuanya :).

  4. nyonyasepatu September 24, 2014 at 5:41 pm Reply

    hebat banget, untuk yg gini2 salut

    • Eka Novita September 25, 2014 at 12:32 am Reply

      Iya mbak, salut banget sama ortu dan anaknya 😀 *kagum.

  5. dhico velian September 24, 2014 at 9:02 pm Reply

    Subhanallah…
    Butuh kesabaran dan keistiqomahan dari kedua orang tua, agar anak-anaknya menjadi hafidz Qur’an. Nice Article!

    • Eka Novita September 25, 2014 at 12:33 am Reply

      Benar sekali, mendidik anak memang ada di kesabaran dan istiqomah kuncinya 🙂

  6. TIRS September 25, 2014 at 3:00 pm Reply

    Belum dewasa aja itu anak udah jadi kebanggaan orangtuanya. Apalagi nanti ya…

    • Eka Novita September 26, 2014 at 12:16 am Reply

      Kita doain adek Musa ini selalu jd anak yg istumewa dan membanggakan ortu, agama dan Indonesia yuk 🙂

  7. kebomandi September 25, 2014 at 11:55 pm Reply

    Subhanallah banget yaa ka musa ini.. Aku juga tau musa dari hafidz di rcti. Asli malu banget yaa aku liat anak kecil udah hapal 30 juz 😦

    • Eka Novita September 26, 2014 at 12:20 am Reply

      Sama aku juga Ayuuu, huhhhuhuuu
      Tapi ga ada istilah kasep kan utk belajar utk menghafal Qur’an sikit sikit 🙂

      • kebomandi September 26, 2014 at 7:38 am

        Kasep?? Kalo bahasa sunda artinya ganteng ka. Hahah

      • Eka Novita September 26, 2014 at 5:11 pm

        Eh iya ya.. Orang Sunda bilang ganteng itu Kasep ya ?
        Kalo orang jawa “kasep” itu artinya terlambat. Satu kata beda makna, emejing euy!

      • kebomandi September 27, 2014 at 2:11 pm

        hahaha.. iyaaa ka, aku tau kasep itu ganteng, baru tau ternyata di bahasa jawa artinya telat :p hihi

  8. Arman September 26, 2014 at 10:24 am Reply

    wowww… hebat banget musa…. termasuk jenius ini ya..

    • Eka Novita September 26, 2014 at 5:12 pm Reply

      Sepertinya iya, ko Arman 🙂

  9. mas_pras October 16, 2014 at 12:39 am Reply

    Reblogged this on Heru Prasojo | Catatan Sebuah Perjalanan and commented:
    Semangat perbaikan! (“,)9

  10. nirmanaim zubair April 17, 2016 at 5:05 pm Reply

    izin reblog ya mbak 🙂

  11. nirmanaim zubair April 17, 2016 at 5:06 pm Reply

    Reblogged this on Catatan Hati and commented:
    Inspiring, Barakallah

  12. Puput sundari March 15, 2017 at 12:33 pm Reply

    Dimana pesantren tempat ustadz yg mengajar dikarantina hafidz indonesia yg punya metode menghafal pake jari, mhon dibagi infonya ya.. Trmksih

Leave a reply to Eka Novita Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.