Ada yang bilang nothing will last forever. Tapi buatku, kenangan betapapun baik atau buruknya tetap selalu ku kenang, i will remember that moments till last forever, InsyaAllah. Akan kusimpan dengan baik agar suatu saat dapat kubuka kembali. Kenangan baik mampu membuatku tersenyum di saat gundah, mengalirkan rasa hangat kedalam hati. Kenangan buruk kujadikan pelajaran agar aku tidak jatuh ke lubang yang sama. Karenanya, aku menjadi seorang yang fanatik terhadap kegiatan menulis buku harian dan mengambil foto setiap ada kesempatan. Aku merasa sayang jika momen berharga yang kualami terlewat begitu saja.
Salah satu benda yang kujadikan treasure selain diary adalah album foto. Aku merasa album foto adalah hartaku yang paling berharga. Aku sayangi dan kurawat baik-baik. Album foto merupakan salah satu tempatku untuk mengabadikan kenangan. Dan untunglah hampir semua kenangan yang tersemat di album foto, adalah kenangan indah perjalanan hidupku, the joyful moments.
Sayang, semenjak era digital berkembang kebiasaan keluargaku mencuci cetak foto berkurang drastis. Dulu setiap kali kami mengambil foto baru dengan kamera analog, pasti ada rasa excited menunggu hasil film dicetak. Walaupun hasilnya lebih banyak yang terbakar daripada yang bagus. Hehehe. Sekarang kebiasaan itu berubah, foto-foto yang sudah diambil akan diibiarkan berada di kartu memori, atau kalo ingin dilihat lagi akan disimpan di laptop.
Kalo ditimbang-timbang, menyimpan foto di laptop jauh lebih praktis (dan juga murah), bisa dilihat kapan aja tanpa harus dicuci cetak dulu. Hingga aku ditakdirkan untuk mengalami sebuah peristiwa yang cukup membuatku terpukul, tepatnya 3 tahun yang lalu aku mendapat musibah. Aku dirampok saat sedang di kos, seluruh gadget yang kupunya raib. Aku tidak punya kekuatan untuk mempertahankan diri. Aku memilih merelakan barang-barang itu diambil daripada aku mati, karena saat itu pisau si perampok tepat berada dileherku. Selain shock, aku sangat berduka karena seluruh kenanganku hilang.
Moment indahku dengan keluarga dan teman-teman yang sudah terkumpul beberapa tahun lenyap sekejap mata.
Mungkin aku terlihat bodoh, tapi waktu itu aku sama sekali tidak peduli dengan besarnya nominal kerugian, aku percaya jika barang-barang itu memang bukan rezeki-ku lagi, limitku untuk menggunakannya sudah habis. Bagimanapun jika aku ada rezeki, toh barang-barang itu akan diganti dengan yang lebih baik lagi. Aku ikhlas. Tapi bagaimana dengan kenanganku, bisakah si perampok jahat itu mengembalikannya ?.
Disaat itulah aku menyesal, kenapa aku tidak sempat mencetak foto-foto yang menumpuk di laptop. Aku juga menyesal kenapa tidak terfikir untuk menggunakan media penyimpanan yang lain, seperti cd, atau disimpan di email. Hhhhhhh… kalo diingat-ingat lagi kejadian itu memang membuat aku kesal setengah mati, rasanya masih belum rela. Tapi yasudahlah mau bagaimana lagi, nasi sudah jadi bubur, keburu basi pula, kan nggak bisa diolah jadi bubur ayam *gak nyambung.
Beberapa teman menganjurkan aku untuk menyimpan foto di social media, tapi aku kok kurang nyaman ya nge-share foto-foto kenanganku. Rasanya kenangan adalah hal yang sangat personal dan private buatku, hanya orang-orang tertentu seperti keluarga dan teman-teman dekat saja yang kuizinkan untuk melihatnya.
Sekarang aku ngerasa, walau agak mahal dan ribet aku memilih menyimpan kenanganku di album foto. Panggil saja aku si kolot atau si ribet, buatku melihat foto kenangan dari album foto rasanya lebih spesial daripada dari gadget. Sama halnya seperti rasa spesial yang muncul dari menulis dengan pena dan kertas daripada dengan menggunakan laptop. Atau rasa yang nyaman saat membaca melalui sebuah buku daripada melalui e-book. Sebenernya, semuanya tergantung ke selera pribadi sih, hehehe…
Hikmah dari peristiwa perampokan itu aku sadar betapa nyawa manusia itu seperti seutas benang yang rapuh, satu hentakan saja maka ia akan terputus. Betapa lemah dan kecilnya kita manusia bila berhadapan dengan takdir dan rencana Allah Subhanahu wata’ala. Begitu juga rezeki, semua yang kita miliki bahkan nyawa adalah milik Allah, apa yang kita miliki sejatinya di dunia ini ?. Tidak ada, jadi apa yang sebenarnya yang perlu kita banggakan dengan diri yang semuanya adalah fana, sekedar titipan belaka…
Tagged: album foto, cuci-cetak foto, hikmah musibah, kena rampok, kenangan, memories, takdir
so sweet banget yaaa 🙂 haha
Macaaa ciiih hehehehe 😀 *tetiba alay
liat albumnya lucu juga hehehehehehe
Bagus” enak d bacanya pi 😀
Makasiih rida 🙂
sy juga masih suka nyimpan foto dialbum mbak, nggak tahu kenapa sy lebih suka klo foto itu dicuci aja dr pd berbentuk softcopy lebih berasa gimana gitu,hehe
Iya kan beda aja rasanya, album foto bisa dipeluk-peluk, serasa memeluk kenangan 🙂
album foto masa kecil memang sesuatu banget ya.. beda feel-nya sama foto digital yang disimpan di laptop atau upload foto di socmed 🙂
Iya mbak, minjem istilah-nya syahrini… Nyimpen foto dalam album itu rasanya “sesuatu”, kekeke 😀
Waktu selalu punya rindu. Di dalam rindu, ada kenangan berserakan. Betapa kembali menikmatinya adalah obat paling mujarab, meskipun sebatas melihat ‘waktu’ itu melalui foto.
jadi sedih, foto masa kecil saya kemana tauk deh mbak. 😥 huhu. *nyaritisu*
Iya, selembar foto bisa sebagai alat untuk penyambung rindu.
Duh, puk puk puk. Sama dong kayak adekku. Foto-foto masa kecilnya jg nyaris gak ada, karena ortu udah males nyuci foto. Heeee…
Cinggu… ada foto kita d stu 🙂 semoga semua kngan yg baik selalu melekat d hati.. amin
Amiiin, iya donks kamu kan besties akuuu, makanya fotomu ku masukin ke album. Baik aku sma kamu kan, hahahahha !